Kondisi yang Membuat Pasien Membutuhkan Ventilator

Kondisi yang Membuat Pasien Membutuhkan Ventilator

ZoyaQQLounge – Kondisi yang Membuat Pasien Membutuhkan Ventilator adalah alat yang di gunakan untuk menunjang proses pernapasan pasien dengan kondisi kesehatan tertentu. Pada beberapa penyakit, pasien memiliki keluhan tidak mampu bernapas sendiri. 

Tujuan penggunaan ventilator sendiri adalah mencukupi kebutuhan oksigen pasien, agar mereka dapat bernapas selayaknya orang sehat lainnya.

Berbagai Kondisi yang Membuat Pasien Membutuhkan Ventilator

Ada beberapa golongan penyakit yang membutuhkan ventilator. Contohnya seperti pengidap gangguan paru-paru berat, hingga seseorang yang mengalami cedera berat. Nah, berikut kondisi-kondisi yang memerlukan penggunaan ventilator.

1. Gagal napas

Kenapa pasien harus pakai ventilator? Gagal napas merupakan kondisi gawat darurat medis serius yang di picu oleh adanya masalah serius pada sistem pernapasan, sehingga tubuh kekurangan oksigen. Penyakit ini dapat memicu kerusakan organ, bahkan kematian jika tidak segera di tangani.

Beberapa gejala yang tampak pada pengidap gagal napas, yaitu:

  • Sesak napas, yang berujung pada sulit berbicara.
  • Napas cepat.
  • Peningkatan detak jantung.
  • Batuk-batuk.
  • Mengi.
  • Lemas.
  • Kulit pucat dan berkeringat.
  • Gelisah dan kebingungan.
  • Kebiruan pada jari-jari tangan atau bibir.
  • Pingsan.

2. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)

ARDS merupakan masalah pernapasan berat yang di picu oleh penumpukan cairan di kantung udara kecil dalam paru-paru atau alveoli. Kondisi ini umumnya terjadi karena sepsis atau pneumonia berat. Beberapa gejala yang tampak pada pengidap ARDS, meliputi: 

  • Napas pendek dan cepat.
  • Sesak napas.
  • Tekanan darah rendah.
  • Tubuh sangat lelah.
  • Keringat berlebih.
  • Bibir atau kuku kebiruan.
  • Nyeri dada.
  • Peningkatan detak jantung.
  • Batuk-batuk.
  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Merasa kebingungan

3. Pneumonia

Pneumonia atau paru-paru basah adalah infeksi yang memicu peradangan pada alveoli di salah satu atau kedua paru-paru sekaligus. Peradangan tersebut memicu penumpukan cairan atau nanah, sehingga pengidapnya sulit bernapas. Beberapa gejala yang tampak pada pengidap pneumonia, meliputi:

  • Batuk.
  • Demam.
  • Sesak napas.
  • Menggigil.
  • Kelelahan.

4. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit kronis yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.

Beberapa gejala yang tampak pada pengidap PPOK, yaitu:

  • Batuk berdahak terus-menerus.
  • Napas tersengal-sengal.
  • Penurunan berat badan.
  • Nyeri dada.
  • Mengi.
  • Pembengkakan di tungkai dan kaki.
  • Lemas.

5. Gagal Jantung

Heart failure atau gagal jantung membuat jantung tidak dapat mengalirkan cukup darah ke seluruh tubuh. Pemicunya adalah penyakit anemia, hipertensi, dan penyakit jantung.

Beberapa gejala yang tampak pada pengidap gagal jantung, yaitu:

  • Sesak napas.
  • Cepat merasa lelah.
  • Pembengkakan pada tungkai.
  • Batuk yang memburuk pada malam hari.
  • Berat badan naik atau turun drastis.
  • Cemas.
  • Gelisah.
  • Penurunan nafsu makan.
  • Perut kembung.

6. Kondisi medis lainnya

Selain beberapa penyakit tersebut, ada kondisi medis lain yang juga membutuhkan perawatan dan penanganan menggunakan ventilator, yaitu:

  • Serangan jantung.
  • Henti jantung.
  • Keracunan karbon dioksida.
  • Asidosis.
  • Alkalosis.
  • Bius total.
  • Cedera kepala berat.
  • Stroke.
  • Overdosis penggunaan obat.
  • Sindrom gangguan pernapasan neonatal.
  • Bayi prematur.
  • Peradangan paru-paru.

Cara Menggunakan Ventilator

Bagaimana cara kerja mekanisme dari ventilator? Alat ini akan meniupkan tekanan udara beroksigen ke saluran pernapasan. Saluran pernapasan tersebut, yaitu hidung, mulut, tenggorokan, kotak suara, tenggorokan, dan tabung paru-paru.

Oksigen dari ventilator dapat didorong ke paru-paru menggunakan dua cara berbeda, yaitu menggunakan masker yang sesuai dan selang pernapasan.

1. Dengan masker

Penggunaan masker untuk memasukkan oksigen ke dalam paru-paru terkenal sebagai ventilasi non-invasif. Dengan menggunakan cara ini, masker akan terpasang pada hidung dan mulut.

Metode ini biasanya berguna bagi gangguan kesehatan yang tidak terlalu parah. Selain itu, metode ini terkenal lebih nyaman daripada tabung yang masuk ke dalam saluran pernapasan.

Metode ini juga berisiko mengurangi risiko efek samping dan komplikasi dari penggunaan ventilator. 

2. Dengan tabung pernapasan

Untuk kondisi kesehatan yang lebih parah, ventilator biasanya menggunakan tabung pernapasan. Cara ini terkenal sebagai ventilasi invasif.

Sebelum penggunaan, kamu akan mendapatkan bius total karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan sakit.

Risiko Menggunakan Ventilator

Meskipun alat ini dapat membantu sistem pernapasan seseorang, tetapi penggunaannya yang tidak tepat dan kurang steril dapat menyebabkan risiko pada kesehatan.

Berikut ini risiko kesehatan menggunakan ventilator, yaitu:

  • Infeksi

Salah satu risiko yang paling sering terjadi saat menggunakan ventilator, yaitu terjadinya infeksi. Salah satunya infeksi paru atau pneumonia. Hal ini terjadi karena ventilator menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk batuk.

Padahal, batuk sendiri menjadi proses alami pembersihan saluran udara dari kuman. Tabung pernapasan yang masuk ke dalam saluran napas juga berisiko membawa kuman dan bakteri.

  • Atelektasis

Kondisi terjadi ketika paru-paru tidak dapat mengembang secara sepenuhnya. Hal ini menyebabkan jumlah oksigen yang mencapai darah berkurang.

  • Memicu penggumpalan darah

Saat menggunakan ventilator, seseorang akan berada di tempat tidur atau kursi roda. Kondisi ini meningkatkan risiko pembekuan darah yang memicu gumpalan darah.

  • Penumpukan cairan di paru-paru

Cairan dapat menumpuk di dalam paru-paru yang biasanya terisi oleh udara. Kondisi ini memiliki nama lain sebagai edema paru.

  • Kerusakan pita suara

Tabung pernapasan yang digunakan berisiko merusakan pita suara. Hal ini juga bisa memengaruhi aliran udara ke paru-paru khususnya pada anak kecil.

  • Diafragma menjadi lemah

Penggunaan ventilator dalam waktu yang cukup panjang juga berisiko menyebabkan diafragma menjadi lebih lemah.

Kesimpulannya, mesin ventilator dapat membantu proses pernapasan pada pengidap di sejumlah kondisi tersebut, tetapi tidak mampu untuk mengobati penyakitnya.

Selain alat bantu pernapasan, pengobatan dan perawatan lain juga perlu untuk menyembuhkan dan memperbaiki masalah kesehatan pasien.

SUMBER : ZOYAQQ

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *