Mengenal Cacat Tangan Spastisitas Pascastroke

ZOYAQQLOUNGE – Mengenal Cacat Tangan Spastisitas Pascastroke memang bisa menyerang siapa saja dan kapan saja, bahkan tanpa memandang usia. Kondisi yang satu ini terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus akibat terjadinya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Ada beberapa gejala dini stroke yang wajib di waspadai, mulai dari bicara pelo atau bahkan tidak bisa sama sekali, mata dan mulut terlihat turun pada salah satu sisi wajah, kekuatan tangan dan kaki berkurang.

Pascaserangan stroke, proses pemulihan yang optimal pada pasien sangat penting untuk mencegah cacat. Spastisitas tungkai adalah sekuelae atau gejala sisa stroke yang dapat terjadi pada sekelompok pasien pascastroke. Spastisitas ini umumnya timbul dalam beberapa bulan pascaserangan, dan keberadaannya tentunya akan mengganggu fungsi tungkai yang berkaitan. Di sinilah pentingnya Mengenal Cacat Tangan Spastisitas Pascastroke, monitoring, rehabilitasi yang baik, dan motivasi pasien dan keluarga.

Apa Itu Spastisitas pada Tangan yang Di alami Pasien Stroke?

Spastisitas merupakan salah satu akibat stroke, di mana otot terasa tegang sehingga sulit bergerak yang tentunya mengganggu aktivitas. Kondisi tersebut biasanya muncul beberapa bulan setelah serangan stroke.

Pada spastisitas,otot berkontraksi secara terus-menerus tanpa di sadari, sehingga kaku, menegang, dan tidak fleksibel saat di gerakkan.

Spastisitas pascastroke bisa membuat penderita bergerak sangat lambat atau bahkan seperti sedang membawa beban berat di ototnya. Sering juga otot terasa sakit saat sedang istirahat atau di gerakkan. Kondisi ini tentunya membuat penderita tidak nyaman, terlebih bila di perhatikan otot berada dalam kondisi tidak biasa atau menekuk saat istirahat.

Beberapa masalah yang umum terjadi akibat spastisitas antara lain:

– Sulit berpakaian, siku yang spastik dalam posisi menekuk membuat pasien kesulitan saat memakai baju atau celana.

– Sulit merawat diri, misalnya saat sedang mandi, keramas, makan, dan kegiatan merawat diri lainnya karena siku sangat sulit di luruskan.

– Kesulitan mengambil atau memegang sesuatu.

Apakah Spastisitas Pasti Di alami Pasien Stroke?

Menurut American Stoke Association, setidaknya ada sekitar 25-43% dari pasien stroke yang mengalami spastisitas di tahun pertama setelah stroke. Jadi, tidak semua pasien stroke mengalami kondisi tersebut.

Apa yang Menyebabkan Spastisitas?

Ketika mengalami stroke, area otak yang melakukan kontrol terhadap kontraksi otot mengalami kerusakan. Hal ini menyebabkan tidak timbul inhibisi atau rem saat kontraksi otot, sehingga kontraksi otot tersebut terjadi secara terus-menerus.

Namun, spastisitas ternyata tak hanya bisa terjadi pada pasien stroke saja. Beberapa penyebab lainnya seperti cedera otak akibat kecelakaan, cedera tulang belakang leher, cerebral palsy, tumor otak, multiple sclerosis, bisa juga menyebabkan spastisitas.

Bagaimana Penanganan Spastisitas?

Kondisi otot yang kaku dan tegang karena spastisitas ini bisa di tangani secara multidispliner. Beberapa opsi yang bisa di lakukan antara lain:

1. Terapi Fisik dan Okupasi

Pasien stroke wajib menjalani terapi fisik, dengan atau tanpa spastisitas. Biasanya para terapis akan merekomendasikan latihan secara rutin yang bisa di lakukan untuk meregangkan dan memperkuat otot. Kemungkinan terapis juga akan menyarankan penggunaan gips atau brace yang membantu meregangkan otot yang tegang setelah stroke. Selain itu, stimulasi listrik juga bisa di lakukan jika mengalami kontraktur.

2. Obat dan Suntukan Toksin Botulinum

Ada beberapa obat yang di rekomendasikan untuk mengurangi gejala spastisitas. Mulai dari Baclofen, Benzodiazepin, Natrium dantrolen, Imidazolin, hingga Gabapentin. Selain itu, suntikan toksin botulinum juga di gunakan untuk melemaskan otot yang spastik. Toksin tersebut nantinya akan di suntikkan ke otot yang spastik. Meskipun cukup efektif untuk mengurangi spastisitas, namun toksin ini harus di suntikkan berulang (4-6 bulan sekali). Selain itu, toksin botulinum harganya mahal dan belum terwadahi oleh JKN.

3. Operasi

Beberapa prosedur bisa di lakukan untuk pasien yang memiliki spastisitas pascastroke. Tujuannya adalah mengurangi spastisitas, meregangkan sendi yang sudah kontraktur, dan menstabilkan tulang/sendi yang mengalami deformitas akibat spastisitas dan kontraktur.

Contoh kasus: seorang pasien lansia mengalami spastisitas otot-otot jari tangan pascastroke, sehingga jari-jari tangannya hampir selalu mengepal. Akibatnya, pasien tidak bisa membuka genggaman tangan untuk mengambil benda-benda, telapak tangan menjadi lembab, berbau tidak sedap, dan luka karena tertekan oleh kuku. Kadang-kadang timbul infeksi jamur. Dengan teknik operasi pemanjangan tendon-otot, otot-otot jari tangan menjadi lebih kendur sehingga telapak tangan bisa lebih terbuka, dapat menadah barang, dan hand hygiene menjadi lebih mudah di laksanakan.

Operasi pada tangan spastik biasanya di lakukan paling cepat 1 tahun setelah serangan stroke, karena dalam tahun pertama biasanya ada perbaikan yang mungkin terjadi. Hasil operasi sendiri umumnya bisa memberikan hasil jangka panjang.

SUMBER : ZOYAQQ

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *