Kisah Geisha Terakhir Tokyo Bertahan

Kisah Geisha Terakhir Tokyo Bertahan

ZOYAQQ_LOUNGE, Kisah Geisha terakhir Tokyo bernama Ikuko yang tetap berpegang teguh untuk bertahan meski di hadapkan dengan masa krisis yang melanda seantero jagat.

Geisha adalah seniman penghibur sekaligus pemain terampil dalam seni tradisional Jepang. Dalam restoran tradisional mewah yang di sebut ryotei, mereka memainkan gitar shamisen, menari, menyanyi, dan melaksanakan upacara minum teh.

Kisah Geisha Terakhir Tokyo Bertahan Kala Pandemi Covid-19 Melanda

Secara historis, hanya tamu eksklusif atau mereka yang memiliki koneksi pribadi atau bisnis (biasanya pria kaya), yang bisa masuk. Geisha menyempurnakan seni percakapan, menawarkan wacana jenaka ketika mereka membuat sake terus mengalir.

Kehidupan seorang geisha sering di mulai di pagi hari dan berakhir pada dini hari keesokan harinya ketika mereka menghibur klien sepanjang malam. Ikuko yang kini berusia 80 tahun tak hanya menjadi Asosiasi Geisha Akasaka, tetapi juga seorang praktisi geisha.

Ia pertama kali datang ke Tokyo pada 1964, tahun pertama kota itu menjadi tuan rumah Olimpiade. Kala itu, katanya, ada 400 geisha di distrik Akasaka dan kini hanya ada 21 geisha.

An Asakusa geisha — Tokyo Times

Ikuko kini mengikuti jadwal yang tak terlalu padat dan kerap menghabiskan sorenya dengan melatih geisha muda di rumahnya. Kehidupan seorang geisha sering di mulai di pagi hari dan berakhir pada dini hari keesokan harinya ketika mereka menghibur klien sepanjang malam.

Ikuko yang kini berusia 80 tahun tak hanya menjadi Asosiasi Geisha Akasaka, tetapi juga seorang praktisi geisha.

Ia pertama kali datang ke Tokyo pada 1964, tahun pertama kota itu menjadi tuan rumah Olimpiade. Kala itu, katanya, ada 400 geisha di distrik Akasaka dan kini hanya ada 21 geisha. Ikuko kini mengikuti jadwal yang tak terlalu padat dan kerap menghabiskan sorenya dengan melatih geisha muda di rumahnya.

BACA JUGA : Viral Beli Makanan Dapat Bonus Piring Gratis, Cocok untuk Mahasiswa

Persiapan harian seperti mengaplikasikan riasan putih, mengecat wajah dan menyempurnakan posisi rambut palsu adalah seni tersendiri.

Appreciate Japanese traditional cultures Play with Maiko-san (apprentice  Geisha) “Ozashiki-asobi (games with geisha)” | TatamiRoom.jp

Di rumah geisha Akasaka, seorang penjahit membantu setiap pemain mengikat kimono mereka yang rumit, yang harganya bisa lebih dari 10 ribu dolar AS atau setara Rp143 juta.

Jarang Tampil

Kini, geisha masih di pekerjakan sebagai hiburan kelas atas untuk jamuan makan, perayaan, dan acara. Makan di ryotei dengan kisah geisha bisa menghabiskan biaya ribuan dolar. Namun, pandemi Covid-19 telah memangkas pengeluaran dan pertemuan, karena perayaan telah di batalkan.

“Kami berjuang untuk bertahan hidup,” kata Ikuko. “Yang bisa kami lakukan adalah berlatih terus-menerus agar siap tampil kapan saja.”

Koiku dan Mayu, seperti Ikuko, yang ingin menggunakan satu nama, telah menjadi geisha di distrik Akasaka Tokyo selama lebih dari satu dekade.

Koiku ingin bekerja dalam profesi yang penuh dengan keindahan dan tradisi, tetapi dia tidak menyangka pelatihannya akan begitu melelahkan, atau gaya hidupnya begitu tidak terduga, terutama selama pandemi.

Protokol Tampil

Gaji Geisha tergantung pada pemesanan. Hampir tidak ada pekerjaan selama beberapa bulan yang sangat memengaruhi pendapatannya.

Tindakan pencegahan Covid juga mempersulit percakapan intim dengan tamu. Koiku dan Mayu sama-sama memegang kipas yang di lapisi anti-bakteri di depan wajah mereka saat berbicara, dan harus menari setidaknya dua meter dari pelanggan.

Seremoni Shigyoshiki Geisha Jepang Berlangsung di Kyoto Menandai Dimulainya  Tahun Baru - Tribunnews.com Mobile

“Saya berjuang melawan kecemasan setiap hari,” kata Mayu. “Tantangan besar adalah untuk memenuhi kebutuhan, tetapi tantangan lainnya adalah mempertahankan perajin untuk budaya ini.

Perajin tradisional Jepang sangat terpukul oleh pandemi ini. Bagi banyak orang, kelangsungan hidup mereka terkait erat dengan keberuntungan rumah geisha, kata Mayu dan Koiku.

Setiap bagian dari perjamuan ozashiki yang rumit menampilkan seni tradisional, termasuk kimono yang rumit, rambut palsu, sisir “kanzashi” dan aksesori yang menghiasi para geisha. Bahkan pembatas pintu kertas “shoji” yang rumit dan tikar tatami yang melapisi lantai restoran mungkin mengandalkan perajin lokal.

“Budaya perjamuan melindungi pekerjaan pengrajin Jepang,” kata Koiku. “Kami memiliki peran untuk mewariskan budaya tradisional ke generasi berikutnya ketika geisha baru yang lebih muda bergabung dengan kami.”

SUMBER BERITA : ZOYAQQ POKER ONLINE

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *