Rasa Malu saat Menganggur, Jadikan Motivasi agar Tetap Produktif

ZOYAQQ LOUNGE Rasa Malu saat Menganggur Kondisi menganggur itu berat, sepakat? Baik menganggur setelah lulus kuliah atau gara-gara kehilangan pekerjaan, semuanya sulit di lalui.

Beberapa bulan pertama barangkali seseorang masih baik-baik saja. Ada rasa optimis bahwa sebentar lagi di rinya akan mendapatkan pekerjaan. Namun, ketika itu tidak kunjung terjadi, ia bakal mulai pesimis serta merasa malu pada siapa pun.

Saking malunya, orang yang menganggur cenderung menarik diri dari pergaulan. Emosinya juga menjadi tidak stabil hingga kehilangan semangat hidup. Yuk, pahami lima rasa malu berikut ini yang di tanggung oleh orang yang cukup lama tidak bekerja, padahal sangat menginginkannya. Apakah kamu sendiri tengah mengalaminya?

Malu pada teman seangkatan yang sudah bekerja

Teman satu angkatan ketika berkuliah menjadi standar pencapaiannya. Dia gak bisa mengabaikan kabar tentang kawan-kawan yang sudah di terima bekerja di berbagai tempat. Kian banyak teman yang telah bekerja dan kantornya mentereng, kian ia merasa malu.

Beban psikisnya bertambah apabila mereka yang lekas mendapatkan pekerjaan justru gak sepintar di rinya saat berkuliah. Mereka tentu juga memantau perkembangannya sekarang. Di mana mahasiswa yang paling cemerlang di kampus akhirnya bekerja?

Kuatnya rasa malu bisa membuatnya enggan berhubungan lagi dengan teman-teman semasa kuliah. Sedekat apa pun mereka dahulu, kini dia terus menjauh agar fakta bahwa ia masih menganggur tak di ketahui. Jangankan hadir di acara reuni, chat dari teman lama pun tidak di balasnya.

Malu pada tetangga yang melihatnya luntang-lantung

Dengan kondisi tidak bekerja, seseorang tentu menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan berada di rumah. Kalaupun ia bepergian, jelas tampak tak seperti orang yang bergegas untuk bekerja.

Tetangga mustahil gak mengetahui statusnya sebagai pengangguran. Mereka bahkan dapat langsung menanyakannya pada orangtuanya atau justru orangtua sendiri yang menceritakannya pada tetangga.

Dengan atau tanpa ada cibiran, orang yang menganggur beberapa bulan akan merasa tidak nyaman dengan orang-orang di sekitar tempat tinggalnya. Rasanya, setiap saat semua mata tertuju padanya.

Padahal, boleh jadi itu cuma bayangannya yang di penuhi ketakutan dan rasa minder. Tetangga yang gak banyak bicara saja sudah membuatnya malu, apalagi tetangga yang cerewet soal status penganggurannya. Dia mungkin tambah menyembunyikan diri di kamarnya dan enggan keluar rumah.

Malu pada orangtua yang masih harus menafkahinya

Ia mungkin gak terlalu malu bila orangtuanya masih cukup muda, kuat, serta kariernya bagus. Namun, andai orangtuanya sudah lansia, sakit-sakitan, dan pekerjaannya keras, tentu ada perasaan di rinya tidak lebih dari beban keluarga. Seharusnya, dia yang masih muda dan sehat bergantian menafkahi orangtua. 

Meski rasa malu ini menyiksanya, sisi positifnya adalah dia sadar akan kewajibannya pada orangtua yang makin lemah. Bukan ia malah santai saja terus di biayai oleh orangtua bahkan menjadi malas bekerja. Negatifnya, dia bisa terlalu menyalahkan diri.

Padahal, gak semua hal yang terjadi di dunia ini berada dalam kendalinya. Ini sebabnya penting buat orang yang telah bekerja menyiapkan dana darurat. Supaya ketika ia kehilangan pekerjaan tidak otomatis kembali menjadi tanggung jawab orangtua.

Malu pada orang dengan tingkat pendidikan tak setinggi di rinya

Kebahagiaan setelah menyelesaikan kuliah ternyata tidak bertahan lama. Dia segera di hadapkan pada sulitnya mencari pekerjaan sesuai latar belakang kuliahnya. Orang-orang di sekitarnya biasanya suka membandingkannya dengan orang lain yang tingkat pendidikannya lebih rendah dan sudah bekerja.

Menurut mereka, ia seharusnya lebih cepat bekerja dan memperoleh posisi serta gaji yang lebih tinggi di bandingkan orang berpendidikan di bawahnya. Ucapan seperti ini membuatnya sangat malu. Pendidikan yang telah susah-susah di tempuh bisa tampak sia-sia karena dipakai buat mencari pekerjaan pun tidak dapat.

Walaupun idealnya tingkat pendidikan yang lebih baik memudahkan seseorang dalam mencari pekerjaan, masih banyak faktor yang memengaruhi. Misalnya, orang dengan pendidikan kurang biasanya mau bekerja apa saja, sedangkan lulusan perguruan tinggi lebih pemilih. Pun ketika ia masih menimba ilmu di bangku kuliah, orang lain telah mulai bekerja sehingga pengalaman mereka lebih banyak.

Malu pada pasangan dan keluarganya

Baik seseorang sudah menikah atau baru berpacaran, tetap saja ia merasa gak percaya diri jika tak punya pekerjaan. Apalagi seorang laki-laki yang konon harga di rinya terletak pada pekerjaan. Ketika jalan bareng saja, ia tak lagi bisa membayari dan malah di bayari pasangannya.

Sekalipun pasangannya tidak pernah mengeluh, dia tetap merasa gak berdaya. Ia tidak mampu membahagiakan pasangan karena untuk itu di butuhkan uang. Rasa malu ini menjadi-jadi begitu dia berhadapan dengan keluarga besar pasangan.

Ia dapat merasa gak lagi punya muka di depan mereka. Jika masih sebatas berpacaran, ada kekhawatiran hubungan mereka tak bakal direstui. Sedang apabila mereka sudah menikah, jangan-jangan sebentar lagi pasangan diminta keluarganya buat bercerai saja.

Rasa malu yang timbul ketika seseorang menganggur lahir dari kesadarannya untuk hidup mandiri. Ia bahkan merasa punya tanggung jawab finansial pada orang-orang terdekatnya. Perasaan malu ini hanya dapat diatasi dengan tetap memiliki kegiatan yang positif dan menghasilkan uang sesedikit apa pun. Supaya predikat pengangguran tak melekat erat padanya.

Baca Juga : pengertian-malam-satu-suro-yang-dianggap-sakral

ZOYAQWQ GAME KARTU TERBAIK DAN RTERPERCAYA DI ASIA

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *