Pantang Menyerah Nenek 82 Tahun Raih Sarjana

Pantang Menyerah Nenek 82 Tahun Raih Sarjana
April 2024
SSRKJSM
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930 

ZoyaQQ Lounge – Pantang Menyerah Nenek 82 Tahun Raih Sarjana Seorang nenek di Maryland berusia 82 tahun berhasi meraih mimpi lama dengan berjalan melintasi panggung untuk menerima gelar sarjana. Mae Beale (82) yang memiliki karir panjang sebagai perawat praktis berlisensi, kembali ke sekolah pada akhir tahun 70-an.

tujuannya untuk mengejar gelar dalam manajemen bisnis dari University of Maryland Global Campus sebagai sarana untuk membantu mengembangkan bisnis perencanaan.

Pantang Menyerah, Nenek 82 Tahun di Maryland Raih Gelar Sarjana - Global  Liputan6.com

ZoyaQQ – Beale mengatakan, dia bekerja sebagai LPN di Departemen Kesehatan dan Pusat Layanan Kemanusiaan untuk Medicare dan Medicaid ketika dia terinspirasi untuk membuat perencanaan acara sebagai karir barunya.

“Pengawas saya mengira bahwa saya memiliki sesuatu yang istimewa,” katanya kepada media bernama WJLA-TV.

“Ketika saya bekerja di Centers for Medicare and Medicaid Services, saya menyelenggarakan beberapa acara besar dan semua orang terkesan dengannya, jadi saya mulai mengoordinasikan konferensi informasi TI mereka.”

SumoQQ – Beale memutuskan beberapa tahun yang lalu untuk mulai mengejar gelar sarjana yang bisa membantu bisnisnya. “Saya menyebut bahwa ini harus di sengaja dan menjadikannya prioritas saya,” katanya.

Nenek Thailand Raih Gelar Sarjana di Usia 91 Tahun

Pantang Menyerah Nenek Pepatah mengatakan, ‘tidak ada kata terlambat untuk belajar’. Ungkapan tersebut sudah di buktikan oleh seorang perempuan Thailand Kimlan Jinakul.

Jinakul akhirnya mendapat gelar sarjana di usia sangat lanjut, 91 tahun.

Semasa kecil, sama seperti anak-anak lain ia bercita-cita untuk merengkuh gelar pendidikan ketika muda nanti. Apalagi, Jinakul yang berasal dari Provinsi Lampang Thailand Utara adalah siswa teladan.

Kecerdasannya di akui satu provinsi. Ia pun mendapat kesempatan belajar di SMA terbaik di daerah tersebut. Lulus SMA, kesempatan masuk universitas tak pernah datang. Bersama keluarga besarnya, Jinakul pindah ke Bangkok kemudian menikah.

Menjalan bahtera rumah tangga otomatis membuat mimpi Jinakul mengenyam pendidikan tinggi sirna saat itu. Punya ‘keinginan tak terwujud’, Jinakul melampiaskan ke seluruh anaknya yang berjumlah lima orang.

Belajar Setinggi Mungkin

Semuanya, didorong untuk belajar setinggi mungkin, demi mendapatkan gelar akademik.

“Saya selalu berpikir dan menginginkan anak saya untuk belajar. Jadi saya mendorong dan mendukung mereka ketika mereka belajar di Universitas,” ucap Jinakul seperti dikutip dari BBC.

Dorongan tersebut berbuah manis. Empat dari anaknya mendapat gelar master dari universitas setempat dan seorang lagi memperoleh gelar PhD di AS.

Gelar-gelar tersebut pun memicu Jinakul. Di umur 72 tahun, perempuan tersebut menggali kembali mimpinya dan memulai belajar di Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat.

Tak lama belajar, Jinakul memutuskan berhenti. Kematian seorang anaknya adalah penyebabnya.

Tak mau larut dalam kesedihan di umur 82 tahun, Jinakul kembali ke kampus dan memilih jurusan Ekologi Manusia. Ia ingin setelah lulus, dirinya bisa mengajar bagaimana cara hidup baik dan bahagia.

“Setelah sembuh dari rasa kehilangan dan kesedihan saya mendorong diri saya melanjutkan program ini. Saya berharap jiwa anak saya akan senang melihat ini,” kata dia.

Selama belajar, Jinakul mengatakan, ia rutin bangun pagi dan memberi sedekah pada biksu.

Aktivitas Beribadah

Selain itu, Jinakul sering menghabiskan waktu di kuil. Bukan cuma untuk berdoa, tetapi waktu di tempat ibadah itu dipakai juga buat belajar.

“Tidak ada kata terlambat. Pikiran saya tetap penuh konsentrasi dan tajam untuk belajar,” kata Jinakul.

“Dunia tidak pernah berhenti. Selalu ada masalah baru untuk diselesaikan. Jika tidak ada pengetahuan baru, maka dunia berhenti menjadi makmur,” sebutnya.

Ketika ditanya mengenai resep suksesnya, Jinakul mengatakan, dia bisa sampai sejauh ini karena ambisi.

“Ketika saya memberi tahu diri saya untuk menyelesaikan bagian pertama, saya akan melakukan yang terbaik. Saya menggarisbawahi semua poin penting yang butuh untuk diingat. Itu sangat membantu saya.”

“Saya senang ketika berhasil dan sedih saat gagal. Jadi saya terus mengambil remedial sampai saya berhasil,” sambungnya.

Setelah lulus, Jinakul sebenarnya yakin tak ada perusahaan yang mau mempekerjakan. Tapi dia sudah punya rencana ke depan.

“Saya akan melanjutkan mengurus cucu.”

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *